BREAKING NEWS

Kuliah Umum Program Doktoral Mahasiswa S3 UIN Palangka Raya Bahas Integrasi Agama dan Sains: Antara Akal dan Wahyu


SAMPIT | Mediakotim.id
Program Doktor (S3) UIN Palangka Raya menggelar kuliah umum yang bertempat di Aula Pascasarjana lantai 2 UIN Palangka Raya . Kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa S3 dan civitas akademika Pascasarjana, serta berlangsung dengan suasana ilmiah dan penuh antusiasme, Jum'at (24/10/2025).

Kuliah umum menghadirkan Prof. Dr. Ija Suntana, M.Ag, Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dengan tema besar “Integrasi Akal, Wahyu, dan Sains dalam Perspektif Islam.”

Susunan acara dimulai dengan Pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan sambutan dari Direktur Pascasarjana UIN Palangka Raya yang menekankan pentingnya sinergi antara spiritualitas dan intelektualitas dalam dunia akademik. Acara dipandu oleh moderator Jumrotinnisa', mahasiswa S3 kelas A, yang dengan penuh percaya diri memimpin jalannya diskusi. Kegiatan kemudian ditutup dengan doa penutup yang dipimpin oleh Supriyanto, juga dari mahasiswa S3 kelas A.

Dalam pemaparannya, Prof. Ija Suntana menegaskan bahwa pemikiran dikotomis antara agama dan ilmu berakar dari sejarah panjang Eropa abad pertengahan. Ia mencontohkan kepercayaan masyarakat terhadap lonceng gereja yang dianggap mampu mengusir roh jahat, namun akhirnya tersambar petir dan runtuh, hingga timbul pandangan bahwa agama tidak mampu menjelaskan fenomena alam secara rasional. Penemuan penangkal petir oleh Benjamin Franklin memperkuat sekat antara iman dan sains.

Ia juga menyinggung masa Yunani Kuno yang menunjukkan dua arus besar peradaban: Athena, sebagai pusat pemikiran rasional para filsuf seperti Plato dan Aristoteles, serta Sparta, yang mengagungkan kekuatan fisik dan disiplin. Di sisi lain, konflik antara gereja dan ilmuwan seperti Galileo Galilei menjadi cikal bakal pemisahan antara akal dan wahyu.

Namun dalam Islam, kata Prof. Ija, pandangan itu tidak relevan. “Kalamullah (firman Tuhan) melahirkan agama, sedangkan Af’alullah (perbuatan Tuhan) melahirkan sains. Keduanya tidak bisa dipisahkan karena berasal dari sumber ilahi yang sama,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa Tuhan tidak berpikir sebagaimana manusia, karena berpikir menunjukkan keterbatasan. Tuhan adalah sumber keteraturan dan keseimbangan alam semesta. Ia juga mencontohkan peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW, yang secara logika sulit diterima akal, namun dapat diyakini melalui iman dan rasa spiritual.

“Ketika manusia berusaha memahami Tuhan hanya dengan akal, maka ia akan terjebak pada batas logika. Tapi ketika melibatkan rasa dan pengalaman spiritual, maka manusia akan mengenal Tuhan melalui kesadaran yang lebih tinggi,” tegasnya.

Prof. Ija menutup kuliah umum dengan ajakan agar para peserta membangun paradigma integrasi antara agama, akal, dan sains, sehingga tidak lagi terjadi pemisahan antara pengetahuan dunia dan nilai-nilai wahyu. “Sudah saatnya kita berpikir integratif. Islam tidak anti sains, justru mendorong manusia untuk berpikir, meneliti, dan menemukan kebenaran,” pungkasnya.

Salah satu peserta, Muhammad Isa As, mahasiswa program doktoral S3 UIN Palangka Raya, memberikan komentar yang mendalam usai kegiatan.

“Kuliah umum ini benar-benar menyentuh kesadaran akademik kami. Prof. Ija membuka cakrawala berpikir tentang bagaimana ilmu dan agama bukan dua entitas yang berseberangan, melainkan dua sisi dari satu kebenaran. Beliau menunjukkan bahwa pengetahuan ilmiah tanpa nilai spiritual akan kehilangan arah, sedangkan agama tanpa pemahaman ilmiah bisa terjebak dalam dogmatisme,” ungkapnya.

Isa menambahkan, bahwa kegiatan seperti ini sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran intelektual di kalangan mahasiswa pascasarjana.

“Kami para mahasiswa program doktoral S3 UIN Palangkaraya merasa mendapat suntikan semangat baru untuk mengkaji Islam dengan pendekatan yang ilmiah dan reflektif. Integrasi wahyu dan sains bukan sekadar konsep teoritis, tetapi menjadi kebutuhan zaman agar Islam bisa terus hadir sebagai solusi peradaban. Kami berharap kegiatan seperti ini terus dilaksanakan secara berkelanjutan, karena membuka ruang dialog antara iman, nalar, dan realitas sosial yang dinamis,” tutup Isa dengan penuh optimisme.

Kegiatan kuliah umum tersebut berjalan dengan lancar, diakhiri dengan suasana penuh inspirasi dan semangat keilmuan, menegaskan komitmen Pascasarjana UIN Palangka Raya untuk terus menumbuhkan budaya akademik yang berpadu antara keilmuan, keimanan, dan kemanusiaan.

• Reporter : Muh. Isa AS/Tim Redaksi MK 

• Editor      : Redaksi 

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar